Latah dan suka mengikut merupakan penyakit yang banyak menimpa umat ini, terlebih lagi jika yang menjadi kiblat mereka adalah negara-negara barat dan orang kafir. Penyakit ini akan semakin parah jika menimpa orang yang tidak memiliki filter dan pondasi yang kokoh dalam agama.
“Valentine’s Day” Hari Raya umat Nasrani ini, semakin hari semakin dibuat samar. Seakan menjadi Hari Raya milik bersama, di mana setiap orang boleh melaksanakannya. Wal hasil, tidak sedikit kaum muslimin (terutama kawula muda) yang terjerat dan ikut-ikutan latah dalam hal ini, terbuai dengan iming-iming “kasih sayang”. Dan celah ini tidak pernah disia-siakan oleh orang kafir untuk menjadikan kaum muslimin kehilangan sikap dan prinsip al-Wala’ wal-Bara’ (loyalitas dan kebencian) kepada orang kafir. Minimal, kita dibuat tidak merasa benci dengan gaya hidup mereka. Allah telah jauh – jauh hari mengingatkan kepada kita akan hal ini (dalam firman-nya yang artinya): “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” [QS. Al Baqarah: 120]
Valentine’s Day, No Way
Lembaga Fatwa Arab Saudi (al-Lajnah ad-Daimah) pernah menyatakan di dalam fatwanya bahwa merayakan Valentine’s Day adalah haram. Keharaman tersebut di sebabkan adanya unsur keridhaan serta tasyabbuh (penyerupaan) terhadap orang kafir. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” [HR. Abu Dawud] ]
Selain itu, Valentine’s Day merupakan Hari Raya bid’ah tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para Shahabatnya.
Asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berfatwa akan haramnya merayakan Valentine’s Day dikarenakan beberapa hal, di antaranya adalah;
Pertama: Ia merupakan hari Raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syri’at Islam.
Kedua: Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendah seperti ini yang sangat bertentangan dengan ajaran Salafush Shalih (pendahulu kita)
Selain itu, merayakan hal seperti ini akan membuahkan dampak buruk yang sangat banyak, di antaranya adalah mempopulerkan ritual-ritual orang kafir, sehingga terhapuslah syi’ar – syi’ar Islam.
Bukan Basa Basi..
Sebagai seorang muslim, tidak layak bersikap basa basi dalam syariat Islam terkait dengan Hari Raya orang-orang kafir, baik dalam rangka mudahanah (toleransi), mencari keridhoan, atau pun sekedar ikut-ikutan; karena kita dan mereka memang beda adanya. Sedangkan Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Maka mereka menginginkan supaya kamu bermudahanah (bersikap lunak), lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al Qalam: 9)
Akhirnya, hukum perayaan seperti ini telah terang bagai matahari disiang bolong. Masihkah kita terlena dengan slogan “Kasih Sayang” dan ikut-ikutan latah serta berkiblat kepada orang kafir??
[Agus]
Maraji’ utama :
- Majmu’ fatawa wa rasail ibni ‘utsaimin
– www.muslimah.or.id.