Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa para Shahabat adalah orang – orang yang adil dan memilliki keutamaan yang bertingkat – tingkat. Secara umum, Shahabat yang paling utama adalah As Sabiqunal Awwalun fil Islam (orang – orang yang pertama kali masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, kemudian orang – orang yang ikut perang Badar, kemudian orang – orang yang ikut perang Uhud, kemudian orang -orang yang ikut perang Ahzab, kemudian orang – orang yang menyaksikan Bai’atur Ridwan, kemudian orang – orang yang berhijrah ke Madinah sebelum pembukaan kota Mekah dan mereka semua akan mendapatkan balasan pahala dari Allah ta’ala.
Adapun secara khusus, Shahabat yang paling utama adalah Al Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khatthab, Utsman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib) kemudian ‘Abdur Rahman bin ‘Auf, Zubair bin, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Sa’id bin Zaid -semoga Allah meridhai mereka semua-.
Banyak hadist yang menunjukkan tentang keutamaan mereka, baik secara umum maupun khusus. Diantaranya adalah hadist yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Abu Bakar di Surga, Umar di Surga, Ali di Surga, Ustman di Surga, Thalhah di Surga, Zubair bin Awwam di Surga, Abdurrahman bin Auf di Surga, Sa’id bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail di Surga, Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah di Surga”. [HR. Tirmidzi, Shahih]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin surga bagi mereka dan mengumpulkan mereka dalam hadist ini, oleh sebab itu mereka diberi gelar “Al ‘Asyru Al Mubassyarun Bil Jannah” (sepuluh Sahabat yang di beri kabar gembira dengan surga). Adapun orang – orang yang dijamin oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara perorangan bahwa mereka termasuk penghuni surga, maka sesungguhnya Ahlus Sunnah juga meyakini hal itu sebagai bentuk pembenaran terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas apa yang beliau kabarkan bagi mereka berupa surga.
Sesungguhnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjamin surga bagi mereka kecuali setelah beliau mengetahui hal itu. Dan sesungguhnya Allah yang telah memberitahukan kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa salam atas kehendak-Nya dari perkara yang ghaib. Sebagaimana firman Alllah Ta’ala yang artinya: “Dia mengetahu yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapapun tentang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga – penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya”. (QS. Al Jin: 26-27)
Imam Ath Thahawi mengatakan: “Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak menjamin surga maupun nereka bagi seorang pun dari ahli kiblat kecuali yang telah dijamin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah; sepuluh Shahabat yang diberi kabar gembira dengan surga”.
[Dedi]
-Maraji’ utama: – Kitab Durusul Mufidah, Yahya Bin Al Qasim Ad Dailami