Keadilan SEJATI

Seorang muslim haruslah turut berduka atas musibah yang bertubi-tubi melanda negeri tercinta ini; merapi, tsunami di mentawai, dan yang lainnya. Banyak suadara kita yang menjadi korban, kehilangan harta benda, dan seterusnya. Ketahuilah wahai saudaraku yang dirahmati Allah, musibah tersebut terjadi bukanlah karena faktor alam semata, akan tetapi faktor terbesar turunnya musibah dan bencana adalah karena keadilan sejati belum tegak. Ya, keadilan sejati yang kaum muslimin hari ini kurang memperhatikannya, atau mungkin meremehkannya. Mereka lupa bahwa tujuan terbesar diciptakannya makhluk, diutusnya para rosul dan diturunkannya kitab adalah agar mereka menegakkan keadilan sejati!
 

Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hadid : 25)
Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menegaskan bahwa tujuan diutusnya Rosul dan diturunkannya Kitab adalah agar manusia menegakkan keadilan. Apa yang dimaksud dengan keadilan tersebut?
Betapapun rendahnya ilmu agama seorang mu’min, ia sangat mengetahui dengan pasti bahwa keadilan terbesar dan teragung adalah tauhid. Ya, tidak syak (ragu) lagi bahwa tauhid adalah keadilan sejati. Bahkan ia adalah puncak dari keadilan. Sedangkan lawannya yaitu, syirik adalah kedzoliman yang sangat besar (lihat surat Luqman : 31)
Betapa tidak, Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sempurna, yang seandainya seluruh orang cerdas di muka bumi berkumpul untuk mencari cela/kekurangan terhadap ciptaan-Nya, niscaya mereka tidak akan mampu dan tidak akan bisa, Allah Ta’ala juga telah menundukkan langit, bumi, daratan, lautan, hewan, dan yang lainnya; semuanya itu diperuntukkan agar manusia dapat merealisasikan ‘ubudiyah yang sempurna kepada Allah. Setiap saat Allah juga melimpahkan nikmat-Nya kepada manusia tanpa perhitungan, yang seandainya sesaat saja Allah mencabut kenikmaatan tersebut niscaya akan binasa.
Setelah kita mengetahui hal itu pantaskah kalau kita berpaling dari-Nya? atau mencari pujian dari selain-Nya? atau mengharap sanjungan dan imbalan dari selain-Nya? Allah Ta’ala telah menunjukkan kecintaan-Nya kepada kita, lalu kita mencintai selain-Nya? Apakah ini suatu keadilan?!! Tidak! Ini merupakan bentuk kedzoliman yang besar wahai kaum muslimin. Betapa banyak kedzoliman selama ini kita telah melakukan kepada Dzat yang mampu menurunkan adzab yang segera. Kalau lah bukan karena kemurahan Allah, niscaya kita semua telah binasa.
Yang Patut Disayangkan
Kejahilan terhadap asas dan dasar agama (tauhid) ini menjadikan kaum muslimin salah bersikap dan bertindak. Di antara bukti yang menunjukkan bahwa kebanyakan kaum muslimin hari ini telah berpaling dari dasar agama  adalah ketika mereka dihadapakan pada pelaku maksiat. Betapa marah dan geramnya ketika hak manusia dilecehkan, akan tetapi ketika hak Allah diremehkan, mereka tidak menunjukkan sikap yang signifikan, mereka pandang sebelah mata, atau mereka anggap hal itu biasa saja, seperti angin lalu. Wal’iyadzubillah. Semoga Allah mengampuni dosa kita.
Bila demikian keadaanya, maka mustahil Allah Ta’ala memberikan kejayaan kepada kaum muslimin di atas  musuh-musuhnya hingga mereka mau kembali mempelajari dan mengamalkan dasar agama ini, yaitu mentauhidkan-Nya. Sebuah keadilan sejati yang barang siapa menegakkannya akan memperoleh kemenangan, keamanan dan hidaya (kebahagian) di dunia dan di akhirat (lihat surat al-An’am ayat 82 dan tafsirnya syaikh as-Sa’di)
Awal Langkah Seorang Muslim
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk agar mereka mentauhidkan-Nya dan menunjukkan seluruh bentuk ibadah kepada-Nya semata. Begitu juga Allah mengutus para Rosul, menurunkan kitab, menciptakan langit dan bumi, semua itu agar kita mengenal-Nya, menjadikan seluruh ketaatan hanya untuk-Nya dan berdakwah kepada agama-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Ad-Dzariyat : 56)
Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Ath-Tholaq : 12)
Allah Ta’ala juga berfirman: “Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci tempat manusia berkumpul (demikian pula) bulan Haram, had-yu dan  qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu mengetahui, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Maidah : 97)
Tiga ayat di atas secara eksplisit menerangkan bahwa tujuan diciptakan makhluk oleh Allah, agar mereka beribadah hanya kepada-Nya dan mengenal-Nya melalui nama-nama-Nya yang Husna (Maha indah) dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi.
Setelah itu, harus kita pahami bahwa tidak ada kebahagiaan yang hakiki, kecuali dengan menjadikan Allah satu-satunya dzat yang kita ibadahi, dzat yang lebih kita cintai dari segala sesuatu selain-Nya. Ketika ada selain Allah yang diibadahi dan dicintai (cinta ibadah), maka tunggulah kehancuran langit dan bumi ini. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Al-Anbiya : 22)
Kebutuhan Primer
Rasanya semua kita sepakat untuk bisa bertahan hidup manusia membutuhkan makan dan minum, tidak bisa tidak. Keduanya merupakan kebutuhan primer bagi jasad. Demikian pula hati, ia memiliki kebutuhan primer yang seandainya tidak terpenuhi, akibatnya berupa kesengsaraan di dunia dan adzab yang kekal di akherat. Kebutuhan primer bagi hati harus didahulukan di atas segala-galanya. Melalaikannya merupakan penyebab kehancuran bumi ini. Oleh karena itu, dakwah semua Rosul yang Allah utus adalah untuk memenuhi kebutuhan primer ini. Kebutuhan primer bagi hati itu adalah tauhid uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (An-Nahl : 36)
Siapa pun kita dan bagaimana pun keadaan kita, mempelajari dan mengamalkan tauhid uluhiyah (menjadikan seluruh bentuk macam ibadah hanya untuk Allah) adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Inilah keadilan sejati yang dikehendaki oleh Allah. Semoga kita semua diberi taufik oleh Allah untuk bisa merealisasikannya.
[Husni Ridha]
.
Share,
 
"Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka ... neraka.[ HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah ]"