Keagungan Masa
Sebelum membahas tentang larangan mencaci maki masa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tentang keagungan masa atau waktu. Karena sangat dimungkinkan, seorang mencaci maki sesuatu disebabkan ketidaktahuan dia akan keagungan atau keistimewaannya. Adapun di antara keagungan masa sebagai berikut :
- Di dalam beberapa surat di al-Qur-an, Allah Ta’ala bersumpah menggunakan beberapa nama-nama masa, misalnya di dalam surat al-Ashr, adh-Dhuhaa, al-Lail, dan al-Fajr. Hal ini menunjukkan bahwasannya nama-nama tersebut memiliki keutamaan di sisi Sang Maha Pencipta, dan juga seyogyanya bagi kita (kaum muslimin) memiliki perhatian yang sangat kepada masa yang senantiasa berputar mengantarkan kita kepada kematian.
- Waktu merupakan nikmat yang agung dari Allah ‘Azza wa Jalla, sebagaimana di dalam hadis Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengannya, yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.” (HR. Bukhari)
Larangan Mencaci-Maki Masa
Yang dimaksud dengan masa di sini adalah waktu yang meliputi malam, pagi, siang, sore, hari, pekan, bulan, tahun, dan yang sejenisnya. Waktu terus berjalan sesuai dengan kehendak Rabb yang telah menciptakannya dan mengaturnya. Maka barangsiapa yang mencaci maki masa, pada hakekatnya dia telah mencaci maki Dzat yang telah menciptakannya dan mengaturnya. Di antara contoh perbuatan mencaci maki masa adalah perkataan seseorang bahwa hari sabtu adalah hari sial baginya, sehingga dia meninggalkan pekerjaan atau perdagangannya pada hari tersebut karena takut rugi atau tertimpa bencana yang lain. Keyakinan seperti ini dilarang dalam syariat dan perkataannya termasuk mencaci maki masa.
Adapun dalil yang melarang perbuatan ini di antaranya adalah hadis Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana dahulu orang-orang jahiliyah mencaci maki masa, mereka mengatakan: “Sesungguhnya yang telah membinasakan kita adalah malam dan siang. Waktulah yang telah membinasakan kita, mematikan dan menghidupkan kita.” Kemudian, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (QS. Al-Jatsiyah: 24) Kemudian Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘Manusia mengganggu Aku. Ia mencaci maki masa, padahal Aku adalah (pemilik dan pengatur) masa. Aku-lah yang mengatur silih bergantinya malam dan siang.” (HR. Bukhari Muslim) Disebutkan dalam riwayat yang lain, “Janganlah kamu mencaci maki masa, karena sesungguhnya Allah adalah (pemilik dan pengatur) masa.” (HR. Muslim)
Walaupun demikian, celaan mereka kepada masa atau waktu atau kepada makhluk Allah Ta’ala yang lain tidak akan memudharati (membahayakan) Allah Ta’ala sedikitpun. Hal ini, sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang menukar keimanan dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak akan dapat memberi mudhorat kepada Allah sedikitpun dan bagi mereka adzab yang pedih.”(QS. Ali-Imran: 177) Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikitpun kalian dapat membahayakan-Ku.” (HR. Muslim)
Hukum yang Terkait dengan Masa
Setelah kita mengetahui tentang larangan mencaci maki masa dari al-Qur-an dan as-Sunnah, berikut ini adalah hukum bagi orang-orang yang menyandarkan kejelekan dan musibah kepada masa atau waktu. Ada beberapa keadaan dalam masalah ini :
- Mereka yang bermaksud untuk pemberitahuan atau pemberitaan saja, tanpa ada tujuan untuk mencaci maki masa. Contohnya adalah perkataan: “Kami merasa sangat capek hari ini karena matahari sangat terik.” Perkataan seperti ini tidak mengapa. Hal tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang perkataan Nabi Luth ‘alaihis salam yang artinya, “Dan ketika datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka dan dia berkata, ‘Ini adalah hari yang amat sulit.’” (QS. Hud: 77)
- Orang-orang yang mencaci maki masa atau waktu, bersamaan dengan hal itu mereka masih berkeyakinan bahwa hanya Allah Ta’ala yang mentakdirkannya. Contohnya adalah perkataan: “Zaman sekarang adalah zaman edan.” Hukum perkataan seperti ini haram. Pada hakikatnnya perkataan itu merupakan celaan bagi Allah Ta’ala.
- Mereka mencaci maki masa dan berkeyakinan bahwa masa atau waktu itulah yang menyebabkan musibah atau bencana. Sebagai contoh orang yang berkata: “Musibah ini terjadi karena hari ini hari Jum’at.” Perkataan mereka dengan keyakinan bahwa hari Jum’atlah yang menjadi sebab terjadinya musibah, hukumnya haram dan pelakunya telah terjerumus ke dalam syirik besar (mengeluarkannya dari agama Islam) karena dia telah menyekutukan Allah Ta’ala dengan hari Jum’at.
- Kita dilarang mencaci-maki masa atau waktu karena hal tersebut juga berarti mencaci-maki penciptanya, yaitu Allah Ta’ala.
- Masa atau waktu termasuk salah satu dari makhluk Allah ‘Azza wa Jalla yang sangat agung kedudukannya di sisi-Nya. Buktinya adalah Allah Ta’ala bersumpah dengan nama-nama waktu di beberapa surat dalam al-Qur-an.
- Masa atau waktu adalah nikmat yang sangat agung bagi manusia.
[Fajar Abu Tholhah]